Tangerang sebagai kota industri memiliki festival tahunan yang sudah dikenal luas, yaitu Festival Cisadane. Pertama kali festival ini digelar pada tahun 1993 dan sampai sekarang selalu diadakan di pinggiran Sungai Cisadane, tepatnya Jalan Benteng Jaya.
Festival Cisadane biasanya digelar bersamaan dengan perayaan Peh Cun. Perayaan Peh Cun atau hari raya Twan Yang (Duan Wu) dirayakan pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Tionghoa sebagai ucapan syukur.
Tahun 2010 ini, Festival Cisadane kembali digelar yaitu pada tanggal 16-22 Juni 2010 mendatang. Bagi masyarakat Tangerang yang ingin berpartisipasi mengikuti festival tahun ini, berikut adalah persyaratan yang ditetapkan oleh panitia Festival Cisadane 2010.
Sekilas Sejarah Perayaan Peh Cun
Duan Wu Jie atau yang dikenal dengan sebutan Festival Peh Cun di kalangan Tionghoa Indonesia adalah salah satu festival penting dalam kebudayaan dan sejarah Tiongkok. Peh Cun adalah dialek Hokkian buat Pa Chuan (mandarin) yang artinya mendayung perahu, walaupun perlombaan perahu naga di kalangan Tionghoa Indonesia telah tidak umum saat ini, namun istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival ini.
Festival ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek dan telah berumur lebih 2300 tahun dimulai dari masa Dinasti Zhou. Perayaan festival ini yang biasa kita ketahui adalah makan Bak Cang (Rou Zong = Mandarin) dan perlombaan perahu naga (Hua Long Zhou = Mandarin). Karena dirayakan secara luas di seluruh Tiongkok, maka dalam bentuk kegiatan dalam perayaannya juga berbeda di satu daerah dengan daerah lainnya. Namun persamaannya masih lebih besar daripada perbedaannya dalam perayaan tersebut.
Asal Usul
Dari catatan sejarah dan cerita turun temurun dalam masyarakat Tiongkok, asal usul festival ini dapat dirangkum menjadi 3 kisah :
Peringatan atas Qu Yuan
Qu Yuan (339 SM~277 SM) adalah seorang menteri Raja Huai dari Negara Chu di masa Negara Berperang (Zhan Guo Shi Dai, 475 SM~221 SM). Ia adalah seorang pejabat yang berbakat dan setia pada negaranya. Ia banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu, bersatu dengan negara Qi untuk memerangi negara Qin. Namun sayang, ia dikritik oleh keluarga raja yang tidak senang padanya yang berakhir pada pengusirannya dari ibukota negara Chu. Ia yang sedih karena kecemasannya akan masa depan negara Chu kemudian bunuh diri dengan melompat ke sungai Yu Luo. Ini tercatat dalam buku sejarah “Shi Ji” tulisan sejarahwan Sima Qian.
Lalu menurut legenda, ia melompat ke sungai pada tanggal 5 bulan 5. Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari2 jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri. Kemudian untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai Bak Cang sekarang. Para nelayan yang mencari2 jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya.
Peringatan atas Wu Zi-xu
Ini adalah versi lain yang juga populer di pesisir timur Tiongkok. Wu Zi-xu adalah orang negara Chu pada zaman Musim Semi dan Gugur (Chun Qiu Shi Dai, 770 SM~476 SM), namun karena keluarganya dibunuh oleh Raja Chu menyebabkan ia pergi membantu negara Wu menyerang negara Chu. Kerajaan Wu menang perang berkat jasanya. Sayangnya, setelah Raja Wu He Lu meninggal dan digantikan anaknya, anaknya tidaklah begitu menghormati Wu Zi-xu. Wu Zi-xu yang menasehatkan raja baru untuk menyerang negara Yue tidak digubris dan malah ia difitnah oleh menteri negara Wu yang bersekongkol dengan negara Yue mengharuskan ia dihukum mati. Setelah meninggal, jenazahnya kemudian dibuang oleh menteri ke dalam sungai. Sehingga, orang2 kemudian merayakan hari raya Duan Wu untuk memperingatinya.
Bermula dari perayaan suku kuno Yue di Tiongkok Selatan
Perayaan sejenis Duan Wu ini juga telah dirayakan oleh suku Yue di selatan Tiongkok pada zaman Dinasti Qin dan Han. Perayaan yang mereka lakukan adalah satu bentuk peringatan dan penghormatan kepada nenek moyang mereka. Kemudian setelah terasimilasi secara budaya dengan suku Han yang mayoritas, perayaan ini kemudian berubah dan berkembang menjadi perayaan Duan Wu yang sekarang kita kenal.
Kegiatan dan Tradisi
- Lomba Perahu Naga : Tradisi perlombaan perahu naga ini telah ada sejak zaman Negara Berperang (475 SM~221 SM). Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya baik di Mainland (Hunan), HK, Taiwan maupun di AS. Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh peserta2 dari luar negeri yang kebanyakan berasal dari Eropa ataupun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.
- Makan Bak Cang (Rou Zong = mandarin) : Tradisi makan bak cang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Duan Wu sejak Dinasti Jin. Sebelumnya, walaupun bak cang telah populer di Tiongkok, namun belum menjadi makanan simbolik festival ini. Bentuk bak cang sebenarnya juga bermacam2 dan yang kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bak cang tadi. Di Taiwan, di zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bak cang yang dibawa oleh pendatang dari Fu Jian adalah bentuk bak cang yang bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang. Isi bak cang juga bermacam2 dan bukan hanya daging, ada yang isinya sayur2an. Ada pula yang dibuat kecil2 namun tanpa isi untuk kemudian dimakan bersama serikaya (penulis : dulu saya suka makan yang ini karena manisnya serikaya, apalagi buatan ibu sendiri).
- Menggantungkan Rumput Ai dan Chang Pu : Duan Wu yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap sebagai bulan-bulan yang banyak penyakitnya, sehingga rumah2 biasanya melakukan bersih2, lalu menggantungkan rumput Ai (penulis : saya kurang tahu bahasa Indonesia-nya) dan Chang Pu di depan rumah untuk mengusir dan mencegah datangnya penyakit. Jadi, festival ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga kesehatan di dalam masyarakat Tionghoa.
- Wu Shi Shui (Air tengah hari) : Tradisi ini cuma ada di kalangan masyarakat yang berasal dari Fujian (Hokkian, Hokchiu, Hakka), Guangdong (Teochiu, Kengchiu, Hakka) dan Taiwan adalah mengambil dan menyimpan air pada tengah hari festival Duan Wu ini, dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak. (penulis : dulu sering dibawa orang tua bermain dan mandi ke sungai di luar kota pada tengah hari festival Duan Wu).
Untuk Perayaan Peh Cun tahun 2010, akan ada pemecahan rekor MURI ( Museum Rekor Indonesia) makan bacang terbanyak dan mendirikan telor terbanyak.
Sumber dari sini, sini dan sini.