Bang Rizal

Pada sebuah obrolan dengan sopir angkot, dengan logat Palembang yang merdu didengar.

“Saya waktu umur 15 tahun sudah merantau, tahun 2006. Saya orang Palembang. Waktu itu cuma bawa uang seratus ribu. Saya belum tahu mau tinggal di mana, mau kerja apa. Yang penting kaki saya menginjak tanah Jawa dulu. Nginjak tanah Jakarta”.

“Saya cuma punya ijazah SMP. Pernah kerja jadi anak buah orang Korea. Saya nggak betah kerja yang terikat waktu begitu. Akhirnya saya hidup di terminal Kampung Rambutan. Jadi berandalan, parah banget saya waktu itu. Ngambilin hape, nodongin orang. Kasarnya, kasih saya duit sekian juta, kasih saya foto orang yang mau dibunuh”.

“Tahun 2010, di Terminal saya ketemu orang tua waktu lagi duduk di halte. Tiba-tiba dia nyebutin nama saya, asal saya yang dari Palembang. Bahkan dia tahu nama orang tua saya. Saya kaget. Akhirnya kita ngobrol. Dia bilang modal hidup di dunia itu ibadah. Yang paling gampang itu shalat. Jangan dulu yang macem-macem, asal hafal dan bener aja bacaan shalatnya”.

“Dua hari saya jumpalitan diajarin menghafal bacaan shalat, dua hari saya sama orang tua itu di terminal terus. Waktu saya sudah hafal, orang itu langsung hilang gitu aja”.

“Akhirnya saya sadar lagi, niat saya merantau buat usaha yang jujur. Bisa banggain orang tua. Saya mulai cari kerja yang halal. Ngamen, kuli bangunan. Semuanya pernah. Tapi shalat saya lakukan terus. Kalau narik, jam empat subuh udah mulai. Tapi ke masjid dulu, kan segar badan kita kalau sudah shalat subuh. Jam 12 siang sama jam setengah 4 pulang lagi, mandi terus shalat”.

“Abang saya kasih tahu, biar nggak males shalat itu gampang. Niatin dulu mau shalat, abis itu kalau udah Allahuakbar….Allahuakbar adzan di masjid, langsung berangkat shalat. Tinggalin dulu kerjaan yang dipegang. Mau anak atau istri nanya atau apa juga cuekin aja. Abang shalat aja dulu. Kalau di entar-entarin, ujungnya waktu shalat udah habis”.

“Alhamdulillah sekarang saya sudah punya angkot sendiri. Pacar doang belum punya. Bukan belum, tapi nggak mau. Saya pengen kalau ada perempuan yang saya suka langsung saya ajak nikah aja”.

“Nama saya Bang Rizal. Siapa tahu kita ketemu lagi”.

Saya sampai ditujuan, dan Bang Rizal menolak uang ongkos saya. Saya ikhlas katanya.

Bang Rizal Elin, sopir angkot Legok – Pos. Bisa dijumpai di trayek tersebut dengan mobil angkot biru-ungu.

#44. Keliling Kota Tangerang

Nyaris 8 tahun tinggal di Tangerang, tapi jujur sampai sekarang saya masih buta kalau harus menghapal nama jalan atau tempat-tempat khusus di Tangerang. Malah kantor walikota saja baru setahun yang lalu. Dan baru kemarin saya tahu dan melihat langsung Pintu Air 10, Masjid Al-Azhom yang kubahnya terbesar se-Asia Tenggara (CMIIW). Itupun karena nyambi hunting lokasi bersama rekan-rekan KBBC.

Jadi tanggal 10 Oktober kemarin saya, Zanu, Antown, Andi Sakab dan Begeng janjian untuk ketemu. Kita berencana untuk menemani Antown yang jago bikin sketsa untuk bikin gambar sketsa landmark khas Tangerang. Sketsa ini untuk ditampilkan di Pesta Blogger 2010+.

Janjian sih jam 10 pagi di Stadion Benteng, tapi karena saya ada urusan dulu saya baru jemput Antown di WTC Serpong jam 11 dan nyampe Stadion Benteng jam 11.30 (Maafkan keterlambatan saya). Rencananya mau bikin sketsa di situ tapi ternyata nggak dapet spot yang bagus. Ditambah kondisi stadion yang kurang sedap dipandang mata.

Akhirnya kita memutuskan untuk shalat dzuhur dulu di Mesjid Al-Azhom. Ini kunjungan pertama kalinya saya ke Masjid ini, dan kubahnya bikin takjub karena saking besarnya.

Setelah shalat, saya ada urusan untuk mengambil kaos di rumah salah satu anggota KBBC sementara yang lain melanjutkan menemani Antown menggambar sketsa Lapas Anak dan kantor Walikota Tangerang yang letaknya dekat dari Masjid Al-Azhom.

Tujuan terakhir adalah Pintu Air 10 yang mengatur debit air sungai Cisadane. Sehabis itu langsung pulang. Kalau penasaran dengan hasil sketsa Antown, silahkan lihat di stand KBBC di Pesta Blogger 2010+ nanti :mrgreen:


Postingan terkait

Gambar Skets & Rapat PIC KBBC

Seni lukis sketsa oleh Oom Antown

#43. Kondisi JPO Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang sepertinya kurang peduli terhadap kondisi fasilitas publik di lingkungannya. Salah satu contoh adalah JPO (Jembatan Penyebrangan Orang). Kebetulan saya sempat memotret kondisi JPO di Jl. Daan Mogot (Plaza Robinson). Foto ini saya ambil hampir 2 tahun yang lalu tapi kondisi JPO sampai sekarang masih sama saja, atau malah lebih buruk.

Kondisi permukaannya semen yang sudah terkelupas, ditambah dengan banyaknya sampah di pinggirannya. Heran masih banyak orang Tangerang yang tidak bisa membedakan antara JPO dan tong sampah.

Kondisi JPO akan lebih ketika hujan. Minimnya atap membuat air membasahi seluruh bagian JPO. JPO ini permukaannya semen kasar, tapi dibagian anak tangga justru semen yang dilicinkan. Mengundang bahaya.

 

Semoga Pemkot Tangerang memperhatikan hal ini dan segera memperbaikinya. malu dong udah dapet Piala Adipura tapi nyatanya fasilitas dan kebersihan lingkungan masih seperti ini.

#40. 4 Jawara Serbu Mall Summarecon

Tenang, ini bukan jawara yang nyari keributan kayak banyak kasus belakangan ini koq. Tangerang kan cinta damai. Disaat daerah lain banyak ribut-ribut, Tangerang adem ayem aja karena jarang muncul di media nasional :p.

Jadi siapa jawara yang menyerbu Summarecon Mall Serpong? Teridentifikasi mereka adalah Chandra Wijaya, Luluk Hadiyanto, Sigit Budiarto, dan Hendra AG. Merasa familiar dengan nama-namanya? Karena emang mereka jawara yang sering muncul di tipi. Betul, mereka adalah jawara bulutangkis Indonesia.

Di tengah keterpurukan prestasi bulutangkis yang sampe seri ke-8 Super Series baru dapet 1 gelar lewat Sonny Dwi Kuncoro di Singapore, jawara-jawara ini menyempatkan diri datang ke Tangerang untuk melakukan laga eksibisi.

Infonya saya dapet karena nggak sengaja liat posternya waktu berangkat kerja, dan langsung saya foto.

Silahkan kalau mau ada yang dateng, 02 – 23 Oktober lho.

#39. Peluncuran QRC Metro Tangerang

Beberapa hari yang lalu, saya diminta bantuan oleh kenalan saya di kepolisian untuk mengirim sebuah draft kasar yang entah apa isinya lewat surat elektronik ke atasannya. Tapi sekilas saya membaca judulnya, Quick Respons Center (QRC).

Karena penasaran, hari ini saya iseng-iseng mencari informasinya. Ternyata QRC adalah Pusat Sarana Informasi, yang mengadopsi sistem TMC Polda Metro Jaya. Berikut adalah salinan berita soal peluncuran QRC ini.

Kota Tangerang sebagai Kota Metropolitan terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakatnya. Salah satu pelayanan terbaru yang dapat dinikmati dan memberikan rasa aman adalah pelayanan Quick Respons Center (QRC) atau Pusat Sarana Informasi yang diadakan oleh Polres metro Tangerang yang diadopsi dari TMC Polda Metro Jaya. Dalam tugasnya QRC akan mendapat bantuan dari beberapa SKPD Pemerintah Kota Tangerang ini di launching hari Senin 27 September 2010.

Dalam tugasnya nanti QRC yang beranggotakan 14 personil kepolisian dari Polres Metro Tangerang ini akan memantau dan siap menerima laporan dari masyarakat tentang situasi keamanan di seluruh wilayah Kota Tangerang. Laporan dari masyarakat, dengan adanya QRC ini akan di respon secara cepat.

Pemantauan situasi juga akan dilakukan dengan menggunakan Tekhnologi Informasi (TI) seperti pemasangan 8 CCTV, 8 Tv monitor di ruas jalan-jalan Protokol di Kota Tangerang. Selain itu untuk komunikasi dengan masyarakat, pihak QRC Polrestro Tangerang juga melengkapi dengan 3 unit komputer yang selalu terhubung dengan internet menggunakan jejaring sosial dan tentu juga telepon untuk menampung laporan masyarakat

Dalam sambutannya, Kapolres Metro Tangerang yang sekaligus sebagai Pembina dalam Quick Respons Center Kombes Tavip Yulianto menyatakan dengan adanya QRC berbagai masalah keamanan dan lalu lintas, masyarakat dapat segera menginformasikan kepada QRC untuk mendapatkan bantuan kepolisian dengan cepat.

“Nanti masyarakat bisa menginformasikan bila melihat ada pohon tumbang yang mengganggu lalu lintas, kecelakaan lalu lintas, bencana banjir, kemacetan lalu lintas dan tentunya masalah kriminalitas sehingga dapat penanganan cepat” tegas Kapolres.
QRC juga dilengkapi 1 unit mobil lengkap dengan segala peralatan pendukung pertolongan pertama pendukung reaksi cepat.

Selain itu pihak Polres Metro Tangerang menurut Kapolres juga mengatakan akan meningkatkan keamanan di seluruh jajaranya hingga ke tingkat yang paling bawah sebagai upaya menyikapi suasana pada saat ini.

Dalam pengoperasian QRC ini pihak Polres Metro Tangerang juga menjalin kerjasama dengan radio swasta yaitu Star Radio yang akan menyiarkan informasi terupdate dua kali sehari kepada masyarakat Tangerang. Kerjasama  juga dilakukan dengan Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertamanan, Dinas Damkar Kota Tangerang dan Basarnas.

Sayang, tidak ada informasi kontak baik jejaring sosial QRC Tangerang maupun nomor telepon layanan.

#31. Kopdar KBBC Bulan Juli 2010

Saudara-saudara, siap-siap untuk kopdar KBBC!

Setelah bulan lalu KBBC kopdar sambil jalan-jalan ke Rumah Dunia, untuk bulan ini kopdarnya berbeda karena KBBC bakal jalan-jalan! *Apa bedanya coba?*

Kali ini lokasi kopdar KBBC bertempat di daerah Citra Raya Tangerang. Bagi bloger yang kebetulan baca dan mau ikut, silahkan catet waktu dan tempatnya di bawah ini ya.

Nama Kegiatan: Kopdar Akhir Juli 2010

Lokasi Kopdar: Mardi Grass, Citra Raya Tangerang

Hari & Tanggal: Minggu, 25 Juli 2010

Waktu: 10:00 WIB – selesai

Nanti apa saja acara kopdar kali ini? Jadi kopdar kali ini diisi pembahasan untuk kegiatan KBBC bulan Agustus nanti, yaitu pelatihan blog. Setelah pembahasan itu, disambung dengan wisata kuliner karena di Mardi Grass banyak jajanan enak tapi murah. Kalo sempet, ada Water World yang harga tiketnya murah. Siapa tahu ada yang pengen berenang.

Okeh, sampai jumpa di sana!

#Lokasi Kopdar KBBC 25 Juli

#18. Festival Cisadane 2010

Tangerang sebagai kota industri memiliki festival tahunan yang sudah dikenal luas, yaitu Festival Cisadane. Pertama kali festival ini digelar pada tahun 1993 dan sampai sekarang selalu diadakan di pinggiran Sungai Cisadane, tepatnya Jalan Benteng Jaya.

Festival Cisadane biasanya digelar bersamaan dengan perayaan Peh Cun. Perayaan Peh Cun atau hari raya Twan Yang (Duan Wu) dirayakan pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Tionghoa sebagai ucapan syukur.

Tahun 2010 ini, Festival Cisadane kembali digelar yaitu pada tanggal 16-22 Juni 2010 mendatang. Bagi masyarakat Tangerang yang ingin berpartisipasi mengikuti festival tahun ini, berikut adalah persyaratan yang ditetapkan oleh panitia Festival Cisadane 2010.

Sekilas Sejarah Perayaan Peh Cun

Duan Wu Jie atau yang dikenal dengan sebutan Festival Peh Cun di kalangan Tionghoa Indonesia adalah salah satu festival penting dalam kebudayaan dan sejarah Tiongkok. Peh Cun adalah dialek Hokkian buat Pa Chuan (mandarin) yang artinya mendayung perahu, walaupun perlombaan perahu naga di kalangan Tionghoa Indonesia telah tidak umum saat ini, namun istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival ini.

Festival ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek dan telah berumur lebih 2300 tahun dimulai dari masa Dinasti Zhou. Perayaan festival ini yang biasa kita ketahui adalah makan Bak Cang (Rou Zong = Mandarin) dan perlombaan perahu naga (Hua Long Zhou = Mandarin). Karena dirayakan secara luas di seluruh Tiongkok, maka dalam bentuk kegiatan dalam perayaannya juga berbeda di satu daerah dengan daerah lainnya. Namun persamaannya masih lebih besar daripada perbedaannya dalam perayaan tersebut.

Asal Usul

Dari catatan sejarah dan cerita turun temurun dalam masyarakat Tiongkok, asal usul festival ini dapat dirangkum menjadi 3 kisah :

Peringatan atas Qu Yuan

Qu Yuan (339 SM~277 SM) adalah seorang menteri Raja Huai dari Negara Chu di masa Negara Berperang (Zhan Guo Shi Dai, 475 SM~221 SM). Ia adalah seorang pejabat yang berbakat dan setia pada negaranya. Ia banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu, bersatu dengan negara Qi untuk memerangi negara Qin. Namun sayang, ia dikritik oleh keluarga raja yang tidak senang padanya yang berakhir pada pengusirannya dari ibukota negara Chu. Ia yang sedih karena kecemasannya akan masa depan negara Chu kemudian bunuh diri dengan melompat ke sungai Yu Luo. Ini tercatat dalam buku sejarah “Shi Ji” tulisan sejarahwan Sima Qian.

Lalu menurut legenda, ia melompat ke sungai pada tanggal 5 bulan 5. Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari2 jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri. Kemudian untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai Bak Cang sekarang. Para nelayan yang mencari2 jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya.

Peringatan atas Wu Zi-xu

Ini adalah versi lain yang juga populer di pesisir timur Tiongkok. Wu Zi-xu adalah orang negara Chu pada zaman Musim Semi dan Gugur (Chun Qiu Shi Dai, 770 SM~476 SM), namun karena keluarganya dibunuh oleh Raja Chu menyebabkan ia pergi membantu negara Wu menyerang negara Chu. Kerajaan Wu menang perang berkat jasanya. Sayangnya, setelah Raja Wu He Lu meninggal dan digantikan anaknya, anaknya tidaklah begitu menghormati Wu Zi-xu. Wu Zi-xu yang menasehatkan raja baru untuk menyerang negara Yue tidak digubris dan malah ia difitnah oleh menteri negara Wu yang bersekongkol dengan negara Yue mengharuskan ia dihukum mati. Setelah meninggal, jenazahnya kemudian dibuang oleh menteri ke dalam sungai. Sehingga, orang2 kemudian merayakan hari raya Duan Wu untuk memperingatinya.

Bermula dari perayaan suku kuno Yue di Tiongkok Selatan

Perayaan sejenis Duan Wu ini juga telah dirayakan oleh suku Yue di selatan Tiongkok pada zaman Dinasti Qin dan Han. Perayaan yang mereka lakukan adalah satu bentuk peringatan dan penghormatan kepada nenek moyang mereka. Kemudian setelah terasimilasi secara budaya dengan suku Han yang mayoritas, perayaan ini kemudian berubah dan berkembang menjadi perayaan Duan Wu yang sekarang kita kenal.

Kegiatan dan Tradisi

  • Lomba Perahu Naga : Tradisi perlombaan perahu naga ini telah ada sejak zaman Negara Berperang (475 SM~221 SM). Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya baik di Mainland (Hunan), HK, Taiwan maupun di AS. Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh peserta2 dari luar negeri yang kebanyakan berasal dari Eropa ataupun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.
  • Makan Bak Cang (Rou Zong = mandarin) : Tradisi makan bak cang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Duan Wu sejak Dinasti Jin. Sebelumnya, walaupun bak cang telah populer di Tiongkok, namun belum menjadi makanan simbolik festival ini. Bentuk bak cang sebenarnya juga bermacam2 dan yang kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bak cang tadi. Di Taiwan, di zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bak cang yang dibawa oleh pendatang dari Fu Jian adalah bentuk bak cang yang bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang. Isi bak cang juga bermacam2 dan bukan hanya daging, ada yang isinya sayur2an. Ada pula yang dibuat kecil2 namun tanpa isi untuk kemudian dimakan bersama serikaya (penulis : dulu saya suka makan yang ini karena manisnya serikaya, apalagi buatan ibu sendiri).
  • Menggantungkan Rumput Ai dan Chang Pu : Duan Wu yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap sebagai bulan-bulan yang banyak penyakitnya, sehingga rumah2 biasanya melakukan bersih2, lalu menggantungkan rumput Ai (penulis : saya kurang tahu bahasa Indonesia-nya) dan Chang Pu di depan rumah untuk mengusir dan mencegah datangnya penyakit. Jadi, festival ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga kesehatan di dalam masyarakat Tionghoa.
  • Wu Shi Shui (Air tengah hari) : Tradisi ini cuma ada di kalangan masyarakat yang berasal dari Fujian (Hokkian, Hokchiu, Hakka), Guangdong (Teochiu, Kengchiu, Hakka) dan Taiwan adalah mengambil dan menyimpan air pada tengah hari festival Duan Wu ini, dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak. (penulis : dulu sering dibawa orang tua bermain dan mandi ke sungai di luar kota pada tengah hari festival Duan Wu).

Untuk Perayaan Peh Cun tahun 2010, akan ada pemecahan rekor MURI ( Museum Rekor Indonesia) makan bacang terbanyak dan mendirikan telor terbanyak.

Sumber dari sini, sini dan sini.